Sakit: Fitrah, Anugerah, Ujian dan Peringatan

    Sakit merupakan fitrah bagi manusia. Karenanya, sakit menjadi kodrat yang melekat dalam diri manusia. Ketika terlahir di dunia ini, manusia membawa potensi sehat sekaligus sakit. Hal tersebut bahkan disebutkan dalam Al-Qur’an, potongan Surah An-Nisa ayat 28, Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman:

      “Manusia diciptakan (dalam keadaan) lemah.” (QS. An-Nisa : 28)

    Meski manusia memiliki potensi sehat, tentunya tidak ada seorang pun yang tidak pernah merasakan sakit sekecil apa pun. Setidaknya ia pernah mengalami pusing, sakit kepala, sakit perut, atau pegal linu. Oleh karena itu, sakit menjadi fitrah dalam kehidupan seluruh manusia.

    Sakit juga merupakan anugerah yang Allah berikan. Tidak banyak orang yang menyadari bahwa di balik rasa sakit terdapat kenikmatan dan manfaat yang luar biasa. Tak sedikit orang yang hidupnya dipenuhi kesibukan. Bangun di pagi buta, tidak sempat sarapan atau berbincang dengan keluarga, lalu sepanjang hari disibukkan oleh pekerjaan. Malam harinya kembali ke rumah dalam keadaan lelah, namun tetap melanjutkan pekerjaan hingga tertidur, lalu kembali bangun pagi untuk mengulangi rutinitas yang sama.

    Sering kali dalam kondisi seperti itu kita berharap bisa beristirahat dan memiliki waktu bersama keluarga. Karena itu, Allah memberikan sakit sebagai anugerah terbesar. Saat sakit, seseorang dijenguk oleh sanak saudara, disuapi oleh istri, diperhatikan oleh anak, dan didoakan oleh teman-temannya. Semua itu adalah hal yang sangat berharga. Di sisi lain, anugerah terbesar dalam sakit adalah diampuninya dosa-dosa kita oleh Allah Subhanahu Wa Ta’ala.

    Sebagaimana dalam hadits yang diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim, Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda:

    “Tidaklah seorang muslim tertimpa suatu penyakit dan sejenisnya, melainkan Allah akan menggugurkan bersamanya dosa-dosanya seperti pohon yang menggugurkan daun-daunnya.” (HR. Bukhari no. 5660 dan Muslim no. 2571)

    Namun, perlu diketahui bahwa sakit dapat menggugurkan dosa hanya ketika seseorang menerimanya dengan hati yang lapang dan bersabar. Tidak mencela sakit tersebut, apalagi mencela Allah. Jika semua kondisi sabar dan usaha berobat telah dilakukan namun tidak kunjung sembuh, maka sakit tersebut bisa jadi merupakan peringatan. Mungkin penyebabnya adalah dosa atau keburukan kita, baik terhadap orang lain maupun terhadap diri sendiri. Bisa juga sakit menjadi ujian terkait hubungan yang buruk dalam keluarga—antara suami dan istri, anak dan orang tua—atau dengan orang lain. Tidak jarang beban pikiran seperti ini berdampak buruk bagi tubuh.

    Oleh karena itu, tidak sedikit orang yang sakit sebenarnya tidak membutuhkan pengobatan medis atau terapi, melainkan sekadar mengobrol, meminta saran, dan mendengar nasihat. Ada perasaan yang tidak tersampaikan atau ketidakyakinan dalam pengambilan keputusan. Bahkan, tak jarang seseorang sembuh setelah hubungannya membaik dengan orang terdekatnya.

    Pada intinya, sakit adalah fitrah, anugerah, ujian, atau bahkan peringatan. Yang perlu kita lakukan ketika sakit adalah bersabar, menerimanya dengan penuh kelapangan, memohon ampunan kepada Sang Pemberi penyakit sekaligus Penyembuh, berikhtiar dengan berobat, memperbaiki hubungan dengan sesama, dan selebihnya berserah diri kepada Allah.

Wallahu a‘lam bishshawab.


1 komentar

  1. Sakit bisa menjadi penanda waktunya badan kita harus istirahat. Semoga yang sedang sakit apapun diberikan kesabaran dan segera diangkat penyakitnya apapun itu.
© Waktu Luang. All rights reserved. Premium By Raushan Design